Senin, 10 Januari 2011

Gak bisa Jualan!! Gak bakat!!

"Waaa, saya ga bisa jualan. Gak bakat!!"

Saya membayangkan berjualan itu harus menawar-nawarkan dagangan macam pedagang di pasar, macam pedagang kaki lima di pinggir jalan, macam sales door to door.

Ahay, rasanya agak susah membayangkan, terutama, apakah saya mempunyai kemampuan cukup besar untuk itu? Lebih tepatnya, apakah saya mempunyai rasa percaya diri cukup besar untuk menawar-nawarkan seperti itu? Haiyah, agak susah sepertinya menurunkan rasa malu yang ternyata cukup besar itu ke tingkat paling bawah. Hadoohhhh. Bagaimana saya bisa jualan? Huhuhu

Saya teringat sekali waktu ikut seminarnya Renald khasali. Renald memutarkan film berisi sepasang penari yang tangan dan kakinya buntung. Penari laki-laki berkaki satu, dan penari perempuan bertangan satu. Kedua penari ini menari balet berpasangan. Penari laki-laki menari balet, berputar-putar dibantu dg tongkatnya yang juga ikut menari dengan indah. Mereka berdua menari dengan gemulai tanpa terlihat kesulitan dg kekurangannya.

Terbayang tidak di pikiran kita, orang-orang semacam itu biasanya ada dimana? Di pinggir jalan? Di perempatan jalan? Di kereta?
Sedang apa mereka biasanya? Mengemis? Meminta-minta?

Pernahkan anda membayangkan mengolah dan mengarahkan mereka menjadi penari profesional, dengan koreografi tarian yang indah, diiringi musik yang indah, digelar di sebuah gedung pertunjukan megah dengan penonton yang mampu membayar tiket mahal?

Koreografer tari itulah yang disebut Renald, seorang enterpreneur. Koreografer tari tersebut berani menjual sebuah pertunjukan yang belum pernah dipikirkan orang lain. Bisa dikatakan, koreografer tersebut berhasil menjual bentuk hiburan baru yang kemudian menjadi laris dan banyak di"beli" orang.

Awalnya memang tidak mudah bagi sang koreografer menawarkan ide tersebut. Semua orang menganggapnya gila, menganggap idenya sesuatu yang tidak mungkin dan tidak akan berhasil. Tapi sang koreografer melihat ide ini sangat pantas dan layak jual. Ia terus memperjuangkannya. Walau tidak mudah, ia terus melatih penari cacat tersebut, sampai ia bertemu seorang komposer yang mau membuatkan musik untuk tariannya.

Ketika kita sedang bernegosiasi dengan seseorang, ketika kita sedang berdiskusi dan membahas tentang sesuatu dengan seseorang, ketika itulah kita sebenarnya sedang berdagang. Kita sedang berdagang, menawarkan ide, pikiran, dan apa yang kita inginkan pada orang lain, berharap orang tersebut setuju atau setidaknya mau menerima ide kita, dan syukur-syukur mau melakukan apa yang kita inginkan.

Contoh seorang anak yang merengek minta dibelikan buku, kemudian orang tua tidak menyetujui, tapi si anak kemudian berusaha bernegosiasi dengan orang tuanya, tawar-tawaran antara anak dan orang tua pun terjadi sampai akhirnya tercapai kesepakatan. Win-win solution.

Ketika itulah sebenarnya seseorang mulai belajar "berdagang". Belajar "berjualan".

Jadi, sejak kecil pun sebenarnya kita sudah belajar bagaimana "berdagang", "berjualan", menjual apa yang kita inginkan, menawarkannya pada orang lain, berharap orang yang kita tawarkan tertarik dan "membeli"nya dari kita.

Seorang penulis menggelar bedah buku, peluncuran buku, jumpa penggemar, dsb, sebagai usaha memperkenalkan bukunya kepada calon konsumen dengan harapan bukunya dikenal khalayak sekaligus laris terjual.

Seorang fotografer mengadakan pameran foto, memajang fotonya melalui galeri foto, memajang di galeri blog atau fasilitas online lainnya. Semua dilakukan dalam rangka memperkenalkan sekaligus menarik minat lebih banyak orang untuk memakai jasa fotografinya.

Seorang pengusaha kue memajang foto hasil kreasi kuenya. Menceritakan kisah di balik pembuatan, mulai dari membeli bahan, bagaimana membuatnya, sampai di tangan pembeli, disukai, sampai terjadi repeat order. Semua dilakukan dengan harapan ada pemesanan ulang atau mendapatkan pesanan baru.

Sebuah grup band mengadakan roadshow keliling kota, mengadakan talk show di tv, di kampus-kampus, di mall-mall. Semua dalam rangka mempromosikan albumnya, semakin banyak yang tertarik mendengar lagunya dan kemudian membeli album tersebut.

Banyak jalan menuju Roma, begitu kata pepatah.

Agar usaha/bisnis/jualan kita berhasil, tidak perlu punya kemampuan bicara yang luar biasa, tidak harus cerewet dan bawel, dan tidak harus pintar bicara. Yang dibutuhkan hanyalah kreatifitas, originalitas. Keinginan besar untuk keluar dari sebuah pakem, keluar dari kebiasaan, dan "menjual" dengan cara yang tidak biasa. Selalu kreatif memikirkan "harus bagaimana cara saya berikutnya".

Bagaimana cara berikutnya "menawarkan" jualan saya? Tulis status? Tulis testimoni? Tulis cerita? Tulis jurnal? Tulis blog? Tulis resep? Tulis review? Pajang foto? Pasang promo? Buat lelang? Adakan kuis? Bagi-bagi tester? Pasang iklan?

Ketika Walls memproduksi Magnum disamping varian es krim lainnya, bertahun-tahun produk ini tidak pernah sold out, malah sepertinya jarang dilirik karena harganya yang lumayan tinggi dibanding produk sejenis. Ketika kemudian Walls meluncurkan iklan Magnum baru, dengan tampilan yang begitu menggoda, produk ini langsung sold out dan begitu dicari dimana-mana, walaupun harganya 10.000/pcs!!

So, untuk bisa jualan, anda tidak butuh bakat dagang kan?

(copas fr:  Maya Siswadi/ Maya Mai Farnomisa)


setiap hari kita sebenarnya melakukan transaksi berjualan...:)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar